PENGASUHAN YANG TANGGUH DAN BERSAHABAT DI MASA PANDEMI

BAGIKAN

Webinar Parenting SMA Katolik Ricci 2.

Mengawali tahun ajaran baru 2021, SMA Katolik mengadakan pertemuan dengan orangtua murid pada hari Jumat, 09 Juli 2021. Dalam pertemuan tersebut ada dua agenda pokok, yakni penjelasan layanan pendidikan dan webinar.

Hadir sebagai narasumber adalah Dr. Juneman, alumni SMA Katolik Ricci I tahun 2021. Dalam waktu kurang lebih 60 menit, beliau menjelaskan bagimana mendidik anak agar mereka menjadi anak-anak yang tangguh dan bersahabat di sama pandemi. Tema yang diangkat Pengasuhan yang tangguh dan bersahabat di masa pandemi.

Mengawali pemaparan materi, DR. Juneman Abraham, menyajikan kepada kita dua perspektif dalam menghadapi masa pandemi.

Pertama, Keluar dari zona nyaman

Pandemi hal terdampak, kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik repegarauh dengan i bukanlah situasi yang mudah bagi kehidupan kita saat ini. Salah satu sudut pandang yang perlu kita miliki saat ini untuk merangkum keadaan yang kita alami sekarang dan bagaimana kita menyikapinya dalah kita pegang ungkapan blessing indisguise.  Ini merupakan perspektif yang perlu kita miliki berhadapan dengan masa sekarang, berkah di masa musibah.

Tidak ada orang yang melihat sebelmnya bahwa PJJ akan mendominasi Indonesia saat ini. Sebelum pandemi memandang bahwa PJJ akan terjadi 10 atau 15 tahun mendatang ternyata bukan leadership atau Kemendikbud yang bisa mengubah proses pembelajan dilakukan secara online. Ternyata justru pandemilah yang mengubah kita semua melaksanakan proses pembelajaran secara PJJ, dengan mengoptimasi pemanfaatan teknologi.

Pandemi menanamkan bentuk-bentuk relasi yang baru. Tidak ada masa yang lebih menunjukan pentingnya team work, kerjasama tim, baik dalam keluarga, maupun organisasi, selain masa pandemi. Saat kita kita benar-benar interdependen, saling bergabung satu sama lain supaya tetap survive, supaya tetap maksimal dalam kehidupan kita.

Kedua, Pengasuhan anak

Hal yang sangat penting dalam mengasuh anak-anak adalah tidak menempatkan anak sebagai asset. Anak bukanlah investasi masa tua. Anak-anak punya harapan  mimpi sendiri, cita-cita sendiri, aspirasi. Mereka kita lihat sebagai manusia, pribadi.

Economic life

Yang paling real terdampak adalah kehtupan ekonomi: PHK, gaji menurun, kehilangan pekerjaan. Ada satu hal yang penting pula diperhatikan. Selama ini orang tua memandang bahwa urusan ekonomi adalah milik anak-anak. Tugas anak-anak belajar. Tugas mereka belajar dengan tekun Dalam masa saat ini pemahaman itu mesti kita geser. Dengan persepektif baru kita menyadari anak2 yang aktif, punya pemikiran, kognisi yang kreatif. Mereka bisa menggenerit alternative-alternatif ide, pemecahan masalah, solusi dan sebagainya.

Anak-anak adalah mitra rekan kerja kita. Kita membuka peluang bagi anak-anak kita. Yang penting kita terbuka pada mereka mereka sudah selayaknya tahu kondisi orang tua. Kita bisa menjelaskan, misalnya keuangan kita sebalum pandemi dan saat sekarang ini.

 

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN ORANGTUA

Ketika kita berbicara tentang pendidikan, pengsuhan anak, Pak Juneman memaparkan apa saja yang mesti diperhatikan oleh orangtua dalam mendampingi anak-anak di masa pandemi.

1. Anak merasa aman.

  • Apa yang perlu diperhatikan agar anak-anak merasa aman di masa pandemi ini? Tentu saja anak-anak punya kegelisahan sendiri, frustasinya sendiri-sendiri. Secara umum tidak bisa ketemu teman, tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Itulah sebagian dari kegelisahan anak-anak kita.
  • Hal yang perlu dilakukan orang tua adalah memberi massage bahwa ada jalan keluar atas kegelisahan anak. Maka orangtua perlu berwawasan lebih luas. Melalui berbagai media orang tua dapat menggali berbagai informasi untuk menambah wawasan mereka. Saat ini ada begitu banyak konten-konten parenting yang bisa diakses oleh orang tua untuk itu.
  • Bagaimana kita perlu mengakui perasaan anak dan apresiasi anak. Bagaimana kita membuat anak-anak merasa diakui emosi dan perasaannya, bukan hanya soal akademis atau intelektualitas saja yang kita akui. Anak-anak ingin aspirasinya didengarkan. Anak-anak diterima sebagai mitra, yang dapat berempati. Pintu masuk untuk berempati adalah anak-anak tahu pintu masuknya pada situasi yang kita alami.
  • Keteladanan. Orangtua menjadi model bagi anak untuk mengelola perasaan. Bagaimana orangtua mampu mengelola preasaan mereka layak disahringkan kepada mereka. Dengan demikian anak-anak bisa melihat bahwa orangtua mereka juga memiliki masalah dan mereka mampu menyelesaikannya.
  • Berikan optimisme pada mereka. Dengan membagikan kabar-kabar baik kepada anak-anak, seperti solidaritas, kepedulian masayarakat, vaksin yang sedang digerakkan tentu akan memberikan harapan, optimism tersendiri pada anak-anak.
  • Video chat dengan orang-orang yang dikasihi anak oleh anak-anak supaya anak-anak merasa terhubung dengan mereka. Lakukan itu dengan orang-orang yang dihargai anak-anak misalnya nenek, paman atau saudara yang lain.
  • Kemukakan bahasa cinta pada anak-anak. Bentuk-bentuk bahasa cinta dapat berupa: affirmation, act of service (melayani), receiving gift (memberikan hadiah-hadiah kecil), quality Times (waktu keluarga yang berkualitas), physical Touch (sentuhan fisik). Waktu yang berkualitas bersama menjadi penting.

2. Rutinitas yang sehat

Bagaimana keluarga dapat menghadirkan rutinitas yang sehat dalam keluarga? Rutinitas merupakan salah satu hal yang terganggu di masa pandemi ini. Sebelum pandemi kita cukup rutin untuk banging tidur, pegi kerja, pegi ke sekolah. Ada kateraturan. Perasaan keteaturan ini di masa pandemi menjadi terbalik. Pada masa sekarang yang terasa adalah perasaan chaos, kacau, tituasi yang tidak dapat diprediksi, meski ada fleksibilitas di tengah-tengah ketidakteraturan.

Untuk itu perlu dibuat komitmen bersama di dalam keluarga, jam bangun tidur, makan pagi, termasuk cara berpakaian. Meski online, matikan kamera, lantas berpakaian seenaknya. Baju sekolah pakai seragam tetapi bawah pakai celana kolor. Termasuk waktu bermain, berolah raga, itu semua terkati dengan perasaan keteraturan.

Pada masa sekarang ini juga wajar ada gangguan pada jam tidur. Namun perlu diwaspadai bahwa kurang tidur dapat menyebabkan imunitas kira semakin berkurang. Kurang tidur yang akan mempengaruhi emosi kita.

Relasi seksual

Hal yang penting bagi kaum remaja adalah relasi seksual. Relasi seksual yang dimaksud adalah bagaimana anak remaja membangun relasi dengan teman lawan jenis. Satu hal yang sangat mencolok adalah ineratksi mereka secara langsung dengan teman-teman lawan jenis. Pada masa sebelum pandemi mereka tak bisa berinteraksi langsung dengan mereka. Ketika mereka melakukan zoom, kamera dimatikan. Dalam kondisi seperti ini masih ada celah yang dapat dilakukan untuk membantu mereka tetap bisa berinteraksi dengan teman lawan jenis. Misalnya mereka diberi tugas dalam kelompok kecil sehingga mereka bisa berinteraksi di antara mereka. Hal ini penting diperhatikan untuk kehidupan cinta, asmara, love life mereka.

 

3. Anak menjadi tangguh.

    Bagaimana membuat anak-anak kita menjadi anak yang tangguh?. Bapak Juneman menawarkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dan orangtua dalam mendampingi anak-anak menjadi anak-anak yang tangguh.

  1. Disiplin. Hal yang pertama adalah disiplin. Meski anak-anak adalah mitra, tetap kita memiliki kehidupan yang disiplin. Disiplin harus dimengerti bahwa kehidupan ini memiliki aturan dan setiap aturan memiliki konsekuensi. Beersama anak-anak hendaknya dibentuk komitmen bersama, jika komitmen dilanggar maka aka nada konskuensi yang harus diterima. Ibu berlaku juga untuk orangtua. Disiplin bukan sesuatu yang turun dari atas, melainkan hasil negosiasi, konsunsus dengan anak-anak.

  2. Bagaimana mengarahkan perilaku yang buruk akibat kebosanan. Reaksi frustasi bisa berupa berteriak, memukul meja, mengganggu saudara. Hlini perlu diamati dan anak diajak untuk diarahkan secara positif. Jangan sampai kita tidak tahu apa yang dilakukan anak, meski mereka tetap memiliki wilayah privasi. Problem sering timbul karena adanya misteri di antara anak dan orangtua.

  3. Pembagian peran. Masa sekarang ini menjadi saat yang tepat untuk saling berbagi peran dalam keluarga. Mungki selama ini anak tidak melakukan pekerjaan seperti mencuci piring

  4. Permainan yang kreatif yang bisa dilakukan bersama keluarga (cari di Youtuber atau Ricci membuat kesertuan itu). merancang permainan bersama sehinga suasana keluarga menjadi lebih cair. Maka sekolah juga perlu kreatif. Misalnya sekolah mengadakan lomba atau kompetisi merancang rumah atau “merubah rumah”

  5. Sekolah menyelenggarakan kegiatan akademik menjadi lebih fun dan enjoyable

  6. Gunakan pujian atau reward.

  7. Jelaskan harapan kepada anak secara jernih. Akan lebih baik jika dalam keluarga masing-masing bisa menjelaskan harapan mereka dalam kondisi seperti ini.apa harapan mereka masing- terhadap satu dengan yang lain, misalnya.

  8. Tahu kapan harus akan diam, tidak menanggapi. Ada ungkapan, “waktu akan menyembuhkan”, dalam hal ini bisa diterima.

  9. Special time: membaca, bermain, memasak bersama (1020 menit)

  10. Matikan mobile phone. Mobile phone bisa menjadi ancaman dalam membangun kebersamaan dalam keluarga. Penting dalam keluarga masing-masing mengontrol penggunaan mobile pnohe.

 

4. Mengelola diri

Hal yang penting dalam membangun keluarga di masa sekarang adalah orangtua mampu mengelola diri mereka berhadapan dengan anak-anak. Relalsi ayah dan ibu perlu dibangun menjadi ideal. Dalam membangun relasi itu penting juga orangtua mekomunikasikan kondisi dan keadaan mereak. Sekalipun keuarga itu sedang mengalami perpecahan, orangtua harus bisa menyajikan kepada anak-anak bahwa dalam kondisi apapun mereka tetap mencintai anak-anaknya.

Makan yang sehat, olah raga yang cukup dan istirahat yang cukup perlu dijadikan budaya dalam keluarga. Meditasi, brain gym dan teknik-teknik pernafasanpun, dan lainnya sangat membantu.

Sebelum kita “tersulut” untuk menjadi reaktif, perlu kita lihat, kita nilai, ”Apakah perilau anak memuat bahaya yang segera? Apakah situasi akan menetap? Apakah perasaan saya tentang problem hari ini akan berubah esok? Dengan demikia kita bisa lebih jernih dalam menyikapi anak-anak dalam dituasi sekarang.

Menutup pemaparannya, pak Juneman mengatakan anak kita tidak sempurna, kita juga tidak sempurna. “No Body’s perfect, adalah ungkapan lama yang selalu benar. Kita juga tidak sempurna, anak kita tidak sempurna. Kita bisa sempurna hari ini, mungin esok menjadi brengsek. Itulah manusia. Mari kita menjadi resource full parent, memiliki sumber daya-sumber daya informasi merupakan sumber daya, support grup juga sumber daya. Anak-anak juga adalah sumber daya, tetapi bukan aset, yang bisa kita gali dalam harapan dan mimpi-mimpi mereka.