Paradigma Baru Pendidikan Ricci
Pendahuluan
Perubahan jaman akibat perkembangan teknologi dan globalisasi begitu pesat. Tidak ada seorangpun dapat menghentikan perubahan tersebut. Pertumbuhan industry kapitalisme yang semakin marak membawa akibat bagi seluruh sector kehidupan, tidak terkecuali pendidikan. Tak dapat dihindari bahwa timbul kecenderungan hukum pasar yang berlaku diantara pesaing industry pada tingkat global dapat membawa pengaruh pragmatism pada dunia pendidikan. Pendidikan telah mengalami pergeseran pada aspek ekonomis. Ada kecenderungan bahwa pendidikan hanya mengarahkan peserta didik pada gambaran manusia yang cakap untuk bekerja dan menghasilkan uang. Dengan demikian membaw akibat manusia hanya dipandang dari satu sudut pandang ekonomis.
Dalam kondisi seperti ini sekolah Ricci ingin mengembalikan makna atau jati diri pendidikan dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Pater Nicolaus Driyarkara, SJ menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia muda. Denan kata lain pendidikan merupakan proses “hominisasi dan humanisasi”. Pendidikan marupakan proses memanusiakan manusia. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat mendasar pemanusiaan manusia muda menuju pada pribadi dewasa yang seutuhnya.
Sekolah Ricci berupaya agar seluruh layanan proses pendidikan merupakan upaya untuk membantu peserta didik mengolah seluruh dimensi dalam dirinya sehingga mereka mampu menjadi pribadi matang secara fisik, emosional, intelektual dan religius. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka layanan pendidikan dilaksanakan dengan disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan psikologis mereka dan mengembangkan kecerdasan fisik (PQ), keceerdasan intelektual (IQ),kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). konsep terakhir ini dikenal dengan pengembangan PIES.
Lingkungan pendidikan sekolah Ricci dibentuk untuk menciptakan situasi yang membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi dan potensi yang dimiliki secara optimal kea rah yang positif. Oleh karena itu dukungan tenaga pendidik yang professional dan kompeten sangat diprioritaskan. Sekolah Ricci menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan dan potensi yang baik dalam aspek intelektual, emosional, fisik, dan spiritual. Maka pendidikan yang diselenggarakan juga sangat memberi perhatian pada pengembangan keempat kecerdasan tersebut, tanpa mengabaikan kecerdasan lain.
Strategi pembelajaran yang diterapan untuk mewujudkan proses pendidikan yang holistik dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif, fleksibel, pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, pembelajaran yang bermakna, dan melibatkan komunilas di mana individu berada.
Filosofi pendidikan Ricci adalah bahwa paada dasarnya untuk dapat mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin maka pendidikan harus berlangsung dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Oleh karena itu berbagai kebutuhan penunjang untuk it uterus diupayakan, antara lain penyediaan ruang smart class, di mana peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan rileks dan menggunakan media sosial secara leluasa.
Tahap Perkembangan Psikologis
Dalam proses pendidikan peserta didik merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan baik fisik, intelektual, emosional, religius, moral, dan sebagainya. Tugas utama guru sebagai pendidik membantu mereka mengoptimalkan perkembangan peserta didik berdasarkan tugas-tugas perkembangannya. Dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologis peserta didik para guru akan mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik. baik secara personal maupun komunal. Guru memiliki kewajiban untuk menyesuaikan dan membuat apa yang diajarkan atau dilakukan dalam interaksi dengan peserta didik relevan dengan tahap psikologis mereka. Di sinilah pentingnya para guru Sekolah Ricci memahami perkembangan peserta didik yang dihadapinya dan bagaimana menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan tahap perkembangan tersebut. Untuk itulah pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dalam bidang psikologis juga terus dilakukan.
Pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan ciri-ciri perkembangan:
- Mengikuti usia anak dan tahap perkembangan
- Menyesuaikan dengan potensi yang dimiliki anak
- Menyesuaikan dengen kesempatan yang diberikan kepada anak
- Tidak menumbulkan perasaan terbebani bagi anak
Pendidikan sesuai dengan prinsip psikologi artinya berhubungan dengan perkembangan dan memperhatikan kesiapan:
- Mental/kesiapan belajar
- Daya nalar (kesiapan kognitif)
- Perasaan/Motivasi (kesiapan afektif)
- Aktivitas (kesiapan motoric)
Pengembangan PQ, IQ, EQ, dan SQ
a. Kecerdasan Fifik (Physical Quotient)
Kecerdasan fisik terkait dengan kecerdasan dalam kemampuan mengendalikan fungsi tubuh. Kecerdasan fisik (Physical Quotients) merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang berkatian dengan kesehatan tubuh, kekuatan dan kebugaran otot ,sekaligus kekuatan dan kebugaran otak dan mental. Hal ini sering kali tidak diperhatikan dalam kehidupan seseorang. Tanpa adanya perintah dari kita tubuh kit telah menjalankan fungsi pernafasan, system peredaran darah, system saraf dan system-sistem vital lainnya.
Tubuh kita terus menerus memantau lingkungannya, menghancurkan sel pembawa penyakit, mengganti sel yang rusak dan melawan unsur-unsur yang mengganggu kelangsungan hidup. Seluruh proses itu berjalan di luar kesadaran kita dan berlangsung setiap saat dalam hidup kita. Ada kecerdasan yang menjalankan semuanya itu dan sebagian besar berlangsung di luar kesadaran kita.
Agar kebugaran tubuh tetap terjaga sehingga peserta didik dapat melaksanakan perannya dengan maksimal maka perlu upaya menjaganya terus menerus. Melalui berbagai kegiatan seperti braingym setiap hari, kegiatan olah raga, makan pagi bersama, dan berbagai kegiatan lainnya peningkatan kecerdasan fisik terus dilakukan.
b. Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient)
Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient) merupakan kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkundan secara efektif. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang terkait dengan kemampuan menalar,, merencanakan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, memahami gagasan, berfikir, penggunaan bahasa, dan lain-lainnya. Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu peserta didik engembangkan daya pikir mereka.
Melalui penyajian materi-materi pembelajaran peserta didik belajar untuk mengembangkan daya pikir mereka. Bidang studi matematika, IPA dan sejumlah ilmu pengetahuan lain menjadi sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan itu. upaya pencapaian tujuan pengembangan intelektual peserta didik dilakukan dengan melaksanaknan proses pembelajaran elaborasi berpikir dan pengembangan kemampuan berpikir, menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan, melatih peserta didik melakukan eksperimen dan menerapkan system belajar aktif dan produktif.
c. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotients )
Kecerdasan Emosional (Emotional Quotients) merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola emosi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseeorang yang melibatkan emosi, yang digunakan untuk memahami diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengendalikan diri, semangat, tekun, serta kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, sanggup untuk mengendalikan diri dan mengelola emosinya.
Pengembangan kecerdasan emosional peserta didik antara lain dilakukan melalui kegiatan kunjungan sosial, live in, bakti sosial atau aksi sosial, latihan kepemimpinan, berbagi kegiatan ekstrakurikuler, kerja kelompok, gotong royong atau kerja bakti lingkungan.
d. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient disingkat SQ)
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient disingkat SQ) adalah kecerdasan untuk memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.
Kecerdasan spiritual dapat diartikan juga sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual, peserta didik dibentuk menjadi pribadi yang mempunyai kesadaran diri, memiliki visi, fleksibel atau mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil baik dalam hidupnya, memiliki pandangan yang holistic, mampu melakukan perubahan, mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, memiliki gagasan yang segar dan cerdas, serta mampu melakukan refleksi diri.
Pengembangan kecerdasan spiritual peserta didik antara lain dilakukan melalui kegiatan renungan pagi, retret, rekoleksi, misa, kunjungan sosial, refleksi, dan Bina Iman.